Senin, 27 Desember 2010

surat kecil untuk Tuhan



Tuhan, kenapa duka ini begitu dalam?
aku tahu, Kau menjaganya dengan baik sekali di surga-Mu..
tapi hati ini perih, Tuhan, tiap kali memori tentangnya muncul
aku kehilangan dia Tuhan..

Tuhan, aku bukan siapa-siapa
mungkin pernah menjadi sahabat baginya
(kalau masih bisa disebut sahabat, dgn kelakuan burukku padanya setahun ini?)
mungkin aku terlalu cengeng ya, Tuhan
duka 'Nda dan keluarganya pasti jauh melebihiku
tapi mereka bisa menghadapi kepergiannya dgn kebesaran jiwa yg (sayangnya) ga aku miliki..mungkin itu cinta yg tulus, ya, Tuhan?
dukaku mungkin lebih banyak diiringi penyesalan
harusnya aku bisa berbuat lebih untuknya di saat-saat terakhir
meski itu mungkin hanya sekedar sapaan hangat di telepon
atau mengunjunginya dengan membawa kartu bikinanku sendiri..
aku terlalu pengecut untuk melakukan semua itu, Tuhan..
terlalu banyak alasan yg bikin aku takut..
akhirnya dia pergi tanpa aku sempat mengucapkan salam perpisahan
atau bahkan maaf..
sejuta tanyaku terkubur bersama pusaranya
pertanyaan-pertanyaan yg gak lagi penting

tapi ada sedikit tanya yang masih tersisa, Tuhan
di surga-Mu sekarang, masihkah ia menyimpan memori tentang kehidupannya di bumi?
kalau nanti aku diijinkan ketemu dia lagi, apakah kami masih saling mengingat, Tuhan?
Tuhan, bolehkah minta, satu saat saja di masa ini, aku bertemu dengannya?
seperti apa dia sekarang, Tuhan? aku bahkan ga inget, kapan terakhir ketemu dia
izinkan aku mengucapkan salam perpisahan, lalu bilang "a bientot!" sampai ketemu lagi

benih-benih dandelionku kerap basah oleh sendu..
gak bisa terbang memulai perjalanan baru
Tuhan, aku merindukan diriku, dandelion yang selalu bertualang
bantu aku sembuhkan luka ini, Tuhan..

-aku masih berduka, Norvan..-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar