Senin, 27 April 2015

Kentang Air Payau

Apa jadinya bila Dewa Laut Poseidon bersahabat dengan Dewi Panen dan Kesuburan Demeter? Hasilnya adalah Salt Farm Texel. Ya, jangan kaget, salt farm. Pertanian di pulau Texel yang terletak di Belanda bagian utara, mengolah lahan dengan kadar garam tinggi menjadi pertanian, dan menyiram tanaman dengan air laut yang diencerkan. Tidak tanggung-tanggung, salah satu hasil pertaniannya adalah kentang, yang merupakan satu dari lima makanan yang paling banyak dikonsumsi; selama ini diyakini, kelima makanan tersebut sangat tidak tahan terhadap garam. Kentang asal Texel ini berhasil mengalahkan 560 proyek lain dari 90 negara, memenangkan penghargaan prestisius Securing Water for Food Grand Challenge dari USAid.

Salinisasi adalah momok bagi pertanian. Secara global, >1 miliar hektar tanah menjadi percuma akibat salinitas, dan 50% lahan pertanian terancam oleh air garam. Ini khususnya jadi masalah besar di Belanda, yang negerinya terletak di bawah permukaan laut. Diperkirakan, 6,5% dari total lahan pertanian di Belanda akan terpengaruh oleh salinisasi tanah. Di masa depan, PBB mengestimasi bahwa dunia akan kehilangan sedikitnya 3 hektar tanah garapan/menit akibat salinisasi.

Kenyataan ini justru membuat ilmuwan Belanda Dr. Arjen de Vos dan pelopor pertanian organik Marc van Rijsselberghe melahirkan temuan inovatif: salt farm. Bagi de Vos, salinasi bukanlah masalah, melainkan kesempatan. Sedangkan Rijsselberghe sedikit menyesalkan, semua orang berkonsentrasi untuk mengubah air laut menjadi air segar, dengan biaya yang tidak sedikit. Sementara itu, ia dan rekannya ‘cukup’ menggunakan apa yang telah disediakan alam.

Rijsselberghe sadar, 1/3 bagian negaranya sensitif terhadap salinisasi. “Kita membangun tanggul dan memompa air keluar, dan merasa aman. Kita percaya, yang ada di luar tanggul tersedia untuk nelayan, dan di dalam tanggul untuk petani,” tuturnya. Menurutnya, sudah saatnya merubah pola pikir demi keberlangsungan produksi makanan. Ia terinspirasi dari selada laut yang tumbuh subur di tanah payau.

Marc van Rijsselberghe

Percobaan di Salt Farm Texel dimulai sejak beberapa tahun lalu. Ditanam ¼ acre kentang di 48 ladang uji, dan diirigasi dengan enam jenis air yang memiliki konsentrasi garam berbeda-beda. Dari 30 varietas kentang, didapatkanlah dua spesies hasil persilangan konvensional.

Kentang ‘air payau’ ini kaya akan komposisi mineral dan memiliki rasa yang unik. Namun jangan khawatir akan kandungan garamnya, karena sebagian besar garam yang diserap oleh tanaman, disimpan di daun. “Dibutuhkan berkilo-kilo kentang untuk melebihi rekomendasi asupan garam,” uajr de Vos. Berdasarkan pengamatannya, ia menemukan bahwa bila tanaman ‘diusik’ oleh garam, maka tanaman tersebut akan mengompensasinya dengan gula. Buah stroberi yang ditanamnya, memiliki rasa yang sangat manis.

Selada, bit, wortel dan bawang bombai adalah hasil pertanian lain dari Salt Farm Texel. Kentang Texel sudah bisa didapatkan di pasar lokal Belanda.

Proyek serupa tengah dikerjakan di Sindh (tando Allah Yar) dan Punjab (Okara), Pakistan. Benih kentang ditanam di beribu-ribu hektar lahan tidak produktif akibat perambahan air laut. Bila proyek ini berhasil dan kentang bisa beradaptaasi dengan iklim Asia, maka 250 juta orang yang hidup di dataran bergaram akan memiliki harapan akan ketersediaan pangan.

Yang lebih ambisius lagi bila berhasil ditemukan jenis rumput yang toleran terhadap garam. Ini akan sangat mengurangi konsumsi air segar yang digunakan untuk menyirami lapangan golf. “Alam telah memberikan bantuan. Hanya saja kita belum menyadarinya,” tutup Rijsselberghe.

Sumber:
http://www.saveourseeds.org/en/news/international/news/en/29893.html
http://modernfarmer.com/2014/12/salt-tolerant-potato/
http://www.saltfarmtexel.com/projects
https://www.unesco-ihe.org/news/salty-trip-north-exploring-cooperation-texel
http://news.xinhuanet.com/english2010/indepth/2011-08/22/c_131067024.htm
http://www.theguardian.com/science/2014/oct/18/humble-potato-poised-to-launch-food-revolution
http://censorbugbear-reports.blogspot.com/2010/07/first-salt-soil-potato-crop-success.html
http://tribune.com.pk/story/870626/agricultural-breakthrough-saline-land-yields-perfect-potatoes/

Memanen Air dari Udara

Presiden Amerika Serikat ke-35 John F. Kennedy (alm) sekali waktu berkata, “Siapa pun yang dapat menyelesaikan masalah air, pantas mendapatkan dua penghargaan Nobel – satu untuk perdamaian dan satu lagi untuk ilmu pengetahuan.” Meski 70% planet kita diselimuti air, hanya 2,5% yang berupa air segar, dan hanya 1%-nya yang bisa diakses dengan mudah. Intinya, air yang tersedia untuk 6,8 miliar orang berasal hanya dari 0,007% air di bumi!

Organisasi nirlaba Water.org menyebutkan, 750 juta orang di bumi kekurangan akses terhadap air bersih. Sementara itu, dalam satu abad terakhir ini, penggunaan air meningkat hingga >2 kali lipat peningkatan populasi. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan, pada 2025 sekitar 1,8 miliar orang akan hidup di daerah yang terancam kelangkaan air. Mantan Sekretaris Jenderal PBB Boutros Boutros-Ghali bahkan berucap, perang berikutnya di Timur Tengah akan terjadi akibat air, bukan politik.

Negara kita tidak luput dari masalah kelangkaan air. Di beberapa daerah, air bersih sangat sulit didapat. Untuk kebutuhan makan-minum saja kurang. Seorang teman pernah bercerita tentang pengalamannya tinggal di sebuah pulau kecil di Indonesia Tengah, untuk mengikuti kegiatan Pramuka ketika SMA. Begitu minimnya sumber air di pulau tersebut, maka untuk urusan buang hajat, pilihannya ada tiga: di hutan (sembari ditungguin babi hutan yang siap mencaplok buangan hajat), di pantai, atau meminjam kakus milik kepala desa. Pilihan terakhir terdengar paling mewah, tapi jangan berharap terlalu banyak. Kakus yang dimaksud yakni bilik kecil dengan lubang dalam di tanah, dan dua bilah kayu di atas lubang tersebut, sebagai pijakan untuk nongkrong. Tentunya, ‘peninggalan’ dari semua orang yang pernah menggunakan kakus tersebut menumpuk di dalam lubang. Dengan sanitasi yang demikian minim, tidak heran bila angka kematian balita akibat diare masih saja tinggi di indonesia.

Idealnya, tiap orang bisa mendapat cukup air untuk kebutuhan pribadi dan domestik (50-100 liter air/orang/hari). Air pun harus aman, bersih, terjangkau (tidak lebih dari 3% pendapatan rumah tangga), dan mudah diakses (jarak sumber air dari rumah maksimal 1.000 m, dan waktu untuk yang dibutuhkan tidak lebih dari 30 menit). Namun, mungkinkah daerah yang minim atau tidak memiliki sumber air tanah mencapai hal ini? Ya. Selama ada udara, maka menciptakan sumber air bukan hal yang mustahil. Tidak lain karena di dalam udara, terkandung uap air yang bisa ‘dipanen’.

Mengambil air dari udara sebenarnya bukan barang baru. Hal ini bahkan telah dilakukan secara tradisional sejak >2.000 tahun di berbagai kebudayaan, utamanya di Asia dan Amerika Tengah. Secara modern, salah satu inovator pengembang teknologi panen air yakni perusahaan asal Friesland, Belanda, Dutch Rainmaker (DRM).

Untuk menggerakkan mesin yang bekerja mengekstrasi air dari udara, digunakan energi angin, sehingga tidak menambah beban akan kebutuhan energi fosil. Meski ukuran kincir angin yang digunakan relatif kecil (10-20 kali lebih kecil daripada rerata kincir angin di Belanda), DRM dapat memroduksi +7.000 liter air/hari.

Kincir angin dan mesin DRM

Prinsip kerja DRM

Cara kerja teknologi ini relatif sederhana. Turbin angin menggerakkan pompa panas, yang digunakan untuk mendinginkan udara yang mengalir masuk. Pendinginan akan mengurangi kemampuan udara menahan air, sehingga kelebihan air di udara akhirnya memadat dan menjadi titik-titik air; serupa dengan proses terjadinya hujan. Air yang ‘diekstraksi’ ini lantas ditampung dalam kompartemen penyimpanan, untuk kemudian digunakan.

Volume air yang dihasilkan akan berbeda di tiap daerah, tergantung dari suhu dan kelembaban lingkungan setempat. Sebagai ilustrasi, 1 kg udara dengan suhu 20 oC dan RH (relative humidity) 50%, mengandung 7 gr air, sementara suhu 30 oC dan RH 50% mengandung hampir 14 gr air. Teknologi ini paling baik digunakan di daerah dengan humiditas tinggi (RH >50%) dan temperatur 20-40 oC. Terletak di garis Khatulistiwa, udara di Indonesia pada umumnya lembab, dengan rerata RH berkisar antara 70-90%, dan temperatur rerata >20 oC. Kondisi ini berbeda di tiap daerah, tapi umumnya seperti ini, dan relatif konstan sepanjang tahun; perubahan yang terjadi mengikuti musim tidak terlalu besar. Dengan kondisi demikian, ciamik sekali bila DRM diboyong ke Indonesia.

Sejauh ini, DRM telah diaplikasikan di kota Leeuwarden, Belanda, dan Um Al Himam, Kuwait. Kedua tempat ini memiliki kondisi topografi dan iklim yang sangat berbeda. Toh, implantasi DRM di kedua tempat tersebut sukses menghasilkan panen air. Tanpa perlu disambungkan dengan jaringan energi dan/atau infrastruktur air yang sudah ada, DRM bisa dibangun tepat di daerah yang membutuhkan. Tidak pula perlu membangun instalasi jaringan dan transportasi air yang mahal dan rumit. Sehingga, akan sangat bermanfaat bagi daerah terpencil.
DRM juga mengembangkan sistem untuk menanen air dari air (water to water). Pompa panas yang dihasilkan dari tenaga baling-baling kincir angin, memicu proses evaporasi dari air laut/air berpolusi. Hasilnya, air murni yang bisa digunakan untuk kebutuhan minum, sanitasi atau irigasi.

Yang tidak kalah menarik yakni Fontus yang diciptakan oleh mahasiswa disain Kristof Retezar, dan menyabet penghargaan James Dyson Award. Tanpa instalasi besar dan rumit, Fontus sangat simple dan mobile, diperuntukkan bagi para pengendara sepeda. Alat ini cukup dipasang di sepeda; kunci prinsip kerjanya yakni pendinginan termoelektrik. Fontus dapat memanen 0,5 L air selama satu jam bersepeda.

Prinsip kerja Fontus

Pada bagian tengah Fontus, terdapat pendingin kecil Peltier Element, yang terbagi menjadi dua bagian: sisi atas dingin, dan sisi bawah panas. Sistem panas-dingin ini bekerja dari energi listrik yang dihasilkan panel surya pada bagian atas Fontus. Untuk menciptakan pengembunan, mendinginkan udara yang panas dan lembab. Saat sepeda dikendarai, udara akan masuk pada ruangan bawah dan menyejukkan bagian yang panas. Selanjutnya, udara masuk ke ruangan atas dan alirannya diperlambat dengan dinding-dinding kecil sehingga memberikan kesempatan bagi udara untuk melepaskan molekul-molekul airnya. Titik-titik air lalu mengalir ke dalam botol yang dipasang vertikal. Segala jenis botol plastik PET ukuran 0,5 L bisa digunakan.

Fontus di sepeda

Bagi pesepeda seperti saya, Fontus adalah angin segar; kekhawatiran kehabisan minum di tengah jalan sementara tidak ada toko untuk membeli minuman di sekitar TKP, lenyap sudah. Tentunya, bawaan makin ringan karena tidak perlu terlalu banyak membawa suplai air, dan pastinya lebih hemat karena tidak perlu membeli air dalam kemasan.
DRM dan Fontus mungkin hanya setitik kecil dalam samudra inovasi air. Namun solusi yang ditawarkan tidak bisa dibilang sepele. Pantas rasanya bila kita memberikan apresiasi selevel dua Nobel untuk Negeri van Orange, untuk pencapaian mereka mengatasi kelangkaan air.


Sumber:
http://en.wikipedia.org/wiki/Climate_of_Indonesia
http://water.org/water-crisis/water-facts/water/
http://unu.edu/media-relations/releases/water-called-a-global-security-issue.html
http://environment.nationalgeographic.com/environment/freshwater/freshwater-crisis/
http://www.waterworld.com/articles/wwi/print/volume-29/issue-1/regional-spotlight/kuwait-proving-ground-for-the-rainmaker/wind-of-change-water-from-air.html
http://dutchrainmaker.nl/
http://dutchrainmaker.nl/products/air-to-water/
http://dutchrainmaker.nl/products/water-to-water/
http://www.jamesdysonaward.org/nl/projects/fontus-2/
http://www.engadget.com/2014/11/18/fontus-water-bottle/

Jumat, 12 April 2013

Safety First in Netherlands: Pelopor Sistem Jalan yang Nyaman

Bersepeda malam hari di kota Zwolle, Belanda, kita akan berdecak kagum. Penanda jalannya memancarkan cahaya kehijauan! Ya, di kota ini sedang diujicoba glow in the dark road marking. Ini buah pemikiran desainer asal Belanda Daan Roosegaarde, yang gelisah karena pemerintah berencana mematikan lampu di malam hari demi menghemat energi.

Bukan Belanda namanya kalau hanya membuat keputusan tanpa mencari solusi. Mematikan lampu di malam hari tentu akan merepotkan pengguna jalan, terutama pesepeda. Sementara, Belanda adalah salah satu negara dengan jumlah pesepeda terbanyak (18 juta sepeda), dan >35.000 km jalur sepeda. Namun pemerintah Belanda masih belum puas. Jumlah pesepeda ditargetkan meningkat 20% dalam 20 tahun mendatang. Disusunlah green road strategy. Misinya, jalanan bagi kendaraan roda dua harus sama amannya bagi roda empat.

Salah satu strateginya, glow in the dark road marking yang digagas Roosegaarde. Cat penanda jalan mengandung bubuk kristal yang ‘memanen’ dan menyimpan energi matahari di siang hari, dan memancarkan cahaya di malam hari hingga 10 jam. Simple yet innovative! Ini salah satu hal terkeren yang dipelopori Belanda. “Jalanan adalah soal keselamatan, dan bagaimana menghadapi dunia yang lebih mandiri dan interaktif,” ujar Roosegaarde.
(glow in the dark road marking)

Masyarakat juga harus aman bersepeda di segala cuaca. Maka digagas ide untuk menghangatkan jalur sepeda di musim dingin, yang melibatkan Gerhard Winters, ahli energi geotermal (panas bumi). Air tanah yang dipanaskan, dipompa dan didistribusikan melalui pipa-pipa plastik kecil ke permukaan jalan untuk menjaga temperatur jalan tetap hangat sehingga mencegah terbentuknya es atau lapisan salju.

Teknologi ini tidak murah: 20.000-40.000 euro/km. Tapi bila dibandingkan dengan biaya yang harus dikeluarkan akibat kecelakaan, jauh lebih murah. Bila jalur sepeda membeku selama lebih dari empat minggu, bisa terjadi 7.000 kecelakaan pada pesepeda. Dan bila orang tetap (dan bisa) bersepeda ketimbang bermobil selama musim dingin , maka penggunaan bahan bakar akan jauh lebih hemat; tentunya, menguntungkan secara ekonomi mau pun lingkungan. Kota Zutphen dan provinsi Utrecht mengajukan proposal untuk menginstal teknologi ini di sepanjang jalur sepeda.
(sistem pemanas jalan)

Jalan raya futuristik
Bagi pengendara roda empat, Belanda sedang menggarap jalan raya futuristik, yang akan diaplikasikan dan diujicoba pada pertengahan 2013. Selain glow in the dark road markings, masih ada ‘peralatan tempur’ lain. Misalnya dynamic paint; ketika suhu mencapai minus 0, sontak jalanan akan dimeriahkan ‘lukisan’ cahaya bermotif kepingan-kepingan salju, untuk memperingatkan para pengendara berhati-hati karena jalanan licin. Garis putus-putus pemisah jalur akan berubah menjadi garis penuh, yang berarti dilarang pindah jalur karena berbahaya.
(dynamic paint)

Interactive light akan memancarkan cahaya ketika kendaraan mendekat, dan kembali mati setelah kendaraan lewat. Masih ada wind-powered light, kicir angin kecil yang mengambil energi angin dari kendaraan yang lewat dan diubah menjadi cahaya.
(interactive light)
(wind-powered light)

Untuk mobil bertenaga listrik, akan disediakan jalur khusus untuk me-recharge. Belum diketahui dengan pasti teknologi yang digunakan; kemungkinan melibatkan penanaman kumparan induksi di bawah jalan.
(jalur pengisi baterai)

Menjadi pelopor dalam membangun jalan yang sedemikian nyaman bagi semua pengendara, apakah karena bangsa Belanda adalah yang terjenius? Setiap bangsa pasti dianugerahi kejeniusan oleh Sang Pencipta. Pembedanya, bangsa Belanda benar-benar memikirkan solusi dari tiap masalah demi kesejahteraan rakyatnya. Alih-alih menggunakan ilmu dan teknologi untuk membuat kekacauan, mereka menggunakannya untuk membuat kehidupan yang lebih baik.








Sabtu, 12 Mei 2012

Rokok: Dibuat Karya Seni, Jangan Dihisap!

Berhenti beli rokok = tiket ke Mesir. Bisa juga beli moge (motor gede, pen.) atau barang-barang kaum jetset macam L**IS VI***N atau B*R**N. Poster kampanye anti rokok ini digagas oleh Stivoro, agensi pengontrol konsumsi rokok di Belanda. Temanya sederhana tapi ngena: “What are you giving up to smoke?”
Poster menampilkan foto instalasi rokok berupa Piramida, motor besar dan barang-barang di etalase di toko branded. Tiap gambar tersusun dari lebih dari 7.000 batang rokok—jumlah rokok yang setara dengan konsumsi 20 batang rokok/hari selama setahun. Kalau uang untuk beli rokok sebanyak ini ditabung, cuma dalam setahun, kita bisa liburan dan lain-lain.
Memang, di Indonesia, agak berlebihan kalau mbayangin bisa ke Mesir dengan ‘puasa’ rokok setahun, mengingat harga sebungkus rokok di negeri ini ‘cuma’ belasan ribu rupiah. Kalau diakumulasi setahun, sekitar 4-5 juta. Yaa.. cukuplah untuk liburan ke Bali atau belajar diving.
Poster anti rokok ini nggak hanya catchy secara visual. Secara tersirat, dalam bahasa yang sangat halus tanpa menggurui, kita disadarkan, betapa banyak uang yang bisa kita hemat ‘hanya’ dengan berhenti merokok. Ngaku deh, perokok mana yang nggak tahu bahaya dari rokok? Jelas-jelas di kemasannya dicantumin. Bahkan di banyak negara, lebih ekstrim lagi; kemasan rokok disertai foto-foto berbagai penyakit yang bisa terjadi akibat rokok. Toh, peminat rokok nggak kunjung surut. “Itu kan terjadi sama orang lain, gue sehat-sehat aja sampai sekarang.” Disadari atau tidak, ini pasti ada di pikiran perokok. Ini juga salah satu faktor denial yang bikin sulit untuk berhenti merokok.
Nah kalau urusannya soal kocek, beda lagi. Kalau dipikir-pikir, sebagian besar dari kita kita mungkin lebih peduli soal dompet ketimbang kesehatan (miris, memang). Dari sekian banyak orang yang abai terhadap bahaya rokok, mungkin sekian persennya akan mikir: “Iya lho, kalau uang buat rokok ditabung, tahun depan rekening bank bakalan makin gendut.” Ini yang disasar oleh Stivoro dan dieksekusi secara sempurna melalui tiga poster keren tersebut. Bukannya nakut-nakutin, mereka dengan cerdas menggambarkan secara gamblang, kebaikan secara ekonomi yang bisa kita dapat tanpa rokok.
Keukeuh nggak mau berhenti merokok karena khawatir terhadap nasib petani tembakau kalau perusahaan rokok gulung tikar? Jadiin aja rokok sebagai proyek yang produktif. Jangan dibakar dan dihisap, tapi bikin instalasi macam-macam dari rokok, kayak iklan dari Stivoro tea, terus jualin deh. Kalau ada lukisan dari cangkang telur atau bulu ayam, sekarang trennya: lukisan dari rokok. Siapa tahu, ternyata ada bakat seni terpendam yang selama ini menunggu untuk dibangunkan. Sambutlah sang Maestro lukisan rokok! Bayangkan lukisan-lukisan ini betebaran di galeri seni ternama di seantero dunia. Yah,seapes-apesnya, mungkin bisa jadi tren untuk hantaran pernikahan. Dare to try?
Sumber:
http://www.bangstyle.com/2012/04/cigarette-art-anti-smoking-campaign/
http://www.mymodernmet.com/profiles/blogs/iris-amsterdam-stivoro-what-are-you-giving-up?utm_medium=referral&utm_source=pulsenews
http://adage.com/article/creativity-pick-of-the-day/dutch-anti-smoking-campaign-cigarettes-art/234001/
http://aafprofessional.wordpress.com/2012/04/09/anti-smoking-messages-and-persuasion/

Jumat, 11 Mei 2012

Rumah Amfibi Anti Banjir

Dahi saya mengernyit saat membaca artikel tentang “la quartier amphibie” (daerah amfibi) di Belanda, dalam buku pelajaran bahasa Perancis kala kursus di CCF. Nggak mudeng. Perumahan katak untuk antisipasi banjir; maksudnya? Jadilah saya berdecak kagum setelah Madame Habibah, guru kami, menjelaskan tentang fenomena canggih ini.
Kita tahu, Belanda sangat datar dan sebagian tanahnya berada di bawah atau sedikit di atas permukaan laut. Sesuai namanya yang berarti “negeri yang rendah”. Maka bagi Belanda, pemanasan global sangat mengkawatirkan. Apa jadinya jika kian banyak es di kutub yang mencair dan permukaan laut kian tinggi? Pastinya nasib Belanda akan jauh lebih buruk ketimbang Jakarta yang terendam kala hujan deras atau banjir rob. Belum lagi, ada tiga sungai besar di Eropa yang melintasi Belanda dalam pengembaraan mereka menuju laut: Meuse (Maas), Rhine (Rijn), dan Scheldt (Schelde), yang tentu berpotensi menimbulkan banjir. Hebatnya, ancaman ini justru melebarkan sayap pencapaian Belanda. Betul kata anekdot, “Tuhan menciptakan dunia, dan orang Belanda menciptakan Belanda.” Terciptalah rumah amfibi yang membentuk kota ‘anti air’. “Kita tidak bisa melawan air, yang harus kita lakukan adalah belajar hidup bersama air,” ucap Sybilla Dekker, Menteri Perumahan, Perencanaan Ruang dan Lingkungan Belanda 2003-2006.
Salah satu perumahan amfibi yang pertama dibuat ada di Maasbommel, tepat di sisi sungai Maas. Secara fisik, rumah-rumah ini tidak berbeda dengan rumah ‘normal’. Tapi, cobalah berkunjung ke sana saat permukaan sungai naik dan air meluap hingga banjir. Si empunya rumah hanya akan mengobrol di teras sambil menyesap teh seperti biasa, bukannya panik dan buru-buru memindahkan barang-barang ke lantai atas. Silakan banjir, rumah akan mengapung mengikuti kenaikan permukaan air!
Gudang bawah tanah rumah tidak dibangun di tanah, melainkan di atas peron dari beton. Gudang ini tidak hanya sebagai ruang penyimpanan, melainkan juga sebagai rongga yang berfungsi layaknya lambung kapal yang menghasilkan daya apung. Nggak perlu was-was rumah akan hanyut terbawa arus air karena rumah ditambatkan dengan sliding ring ke tiang-tiang baja. Jadi begitu banjir usai, rumah pun kembali menjejak tanah di tempatnya semula. Lantas, bagaimana dengan listrik, gas, air dan pembuangan? Semua ini terbungkus rapi melalui pipa fleksibel yang berada di dalam tiang baja.
(Salah satu tiang penambat rumah)
Rumah-rumah ini belum mengapung, namun diprediksi, akibat perubahan iklim, akan terjadi banjir di Belanda setiap 12 tahun. Kementrian Pengelolaan Air dan Lalu Lintas Belanda telah merancang 15 area perumahan, bisnis bahkan pertanian yang bisa mengapung.
Jenius! Inilah ketika kreativitas, imajinasi, seni dan ilmu pengetahuan diramu secara apik. Bukannya terpikir untuk membangun tanggul maha tinggi di sepanjang sungai seperti pemikiran orang kebanyakan, mereka melompat jauh dan menciptakan perumahan yang tahan banjir. Orang Belanda menyadari, tanggul bisa menjadi senjata makan tuan. Jika sungai banjir dan permukaan laut naik hingga melewati tanggul, semua akan tenggelam dan tersapu air. Lebih gawat lagi, air yang sudah masuk, jadi terperangkap; tidak bisa keluar lagi karena terhalang tanggul. Tamatlah riwayat belanda. Konsep “rumah amfibi” menjawab persoalan ini. Ini seperti letupan yang membangunkan kita dari tidur berkepanjangan: kata siapa kita harus tinggal di tanah kering? Solusi cerdas yang luar biasa cocok diterapkan di Jakarta. Mungkin nggak ya?
Sumber: http://www.spiegel.de/international/spiegel/0,1518,377050,00.html
http://inhabitat.com/amphibian-houses-rising-water/
http://www.npr.org/templates/story/story.php?storyId=18480769
http://www.csmonitor.com/2005/1026/p13s02-lihc.html

Selasa, 24 Januari 2012

"would you be my bride--" dont get too exited. there's MAID behind the "b" word

hey my blog..apa kabarnya??akhirnya inget untuk nyoret-nyoret blog lagi setelah...lebih dari 1 tahun! *postingan terakhir tertanggal 5 januari 2011*

ke mana sajakah saya selama ini? mungkin sempet bercokol di Negeri Singa? atau ngendon sebentar di Negeri Gajah Putih? ga pulang2 k kampung halaman karena lupa jalan pulang..halah.oh i have so many things to write,but a bit confusing where to start. nanti2 saya cerita deh (meski gak ada yang baca juga, hahaha). lha jadi, sekarang ngapain ujug2 pengen nulis? pastinya ini penting banget.

malam ini, 24 januari 2012, baru aja beberapa jam yang lalu, saya diminta jadi bridesmaid oleh sahabat saya priska siagian alias butterfly. sejak nonton film 27 dresses,saya jadi terpikir. udah sekian banyak kondangan yang saya datengin. apalagi 2-3 tahun terakhir; kayaknya temen2 sd sampe kuliah kompakan nikah (ya iyalah - -"). tapi ga sekalipun--er koreksi, mungkin 1-2 kali,tapi ga banyak bantuin juga--saya pernah terlibat dalam kepanitiaan apalagi jadi bridesmaid! padahal temen2 saya yg lain, berkali-kali terlibat untuk bantuin nikahan.

teralienasi. mungkin itu kata yang paling tepat untuk ngegambarin apa yang yang saya rasain tentang hal ini. sampai sempat terpikir, mungkin saya ga akan pernah diminta untuk jadi bridesmaid..

ya, banyak banget hal yang bikin saya ga diminta untuk bantuin pernikahan. pertama, saya autis; ga punya banyak temen / sahabat. kebetulan, kok ya sahabat-sahabat saya belum ada tanda-tanda ke jenjang pernikahan (which is, make me glad, for it means that i have more time to spend with them *the selfish me). mungkin temen-temen saya juga males minta tolong ke saya karena saya suka mendadak jutek, sering ngilang tanpa alasan, dan mungkin juga ini yang paling penting: saya gak tertarik untuk menikah. mungkin mereka pikir saya skeptis ya sama pernikahan? iya kalo menyangkut diri saya tapi bener deh, keskeptisan itu gak ditujukan ke orang-orang selain saya :)

kembali ke priska. yang saya ga habis pikir, priska sangat nervous saat mau nanya kesediaan saya untuk jadi bridesmaid. tiba-tiba mimik dan gesturnya malu-malu dan grogi. tampangnya sumpah nggak banget, kayak mau nembak orang. mendadak saya juga jadi grogi kayak mau ditembak (sotoy dikit.. padahal saya ditembak juga ga nyampe jumlah jari di satu tangan :D). oh priska.. are you kidding me?? to be honest, that was one of the best moment in my life! i was so surprised and glad that i lost my words. she even asked me to help her choosing the color, making designs for the cards--gosh, it was as good as if being asked to make cover album for kings of convenience! dan dengan amat sopan, priska bilang kalo saya gak bisa pake converse saat jadi bridesmaid nanti, hahaha. gila kan prisk, begitu besarnya pengorbanan gw! gw rela loh ngeganti converse busuk gw dgn sepatu cantik di hari H lo! :))

sepanjang perjalanan dengan ojeg menuju rumah, saya ngebayangin konsep design untuk kartu, bahkan gaun pengantin yang mungkin cocok untuk priska, hihihi.

priska, daniel, semoga berbahagia. doa terbaik untuk kalian.

Rabu, 05 Januari 2011

our old school

ok,i know you're gone. and i know that it's kinda insane for expecting you read this posting. but i just wanna share a little thing about our high school, the legendary 54! yeaaah!

msh inget,bbrp taun lalu gw pnh kasi laporan singkat ttg ex RUMADAFFA,wkt lo msh di serang?nah skrg,gw kembali dgn laporan lain,,ttg sekola kita :D

gw barusan wawancara dokter di RS PRemier Jatinegara,yg adl RS mitra keluarga di zaman dahulu.kelar wawancara jam 21.30,gw makan sate padang di dpn rs.lalu tergerak keinginan utk jalan2 ke sekolah..waa kpn terakhir kali gw ksna??apalagi lo ya!hehehehe.

lalu melangkahlah gw,masuk lg k rs, menuju gerbang belakang.dan gw terkaget2 krn skrg d dkt gerbang blkang,ud ada jalan menuju gedung parkir yg superguede.keluar gerbang,gw nyebrang ke jalan masuk sekolah. barisan pohon angsana di sblh kiri jalan ga berubah,mobil2 bekas di sblh kanan d dpn kantor kelurahan jg ga berubah.tapi skrg,masa sepanjang lapangan bolanya dikelilingin pager tembok! lapangannya juga ud pk konblok,ga lagi tanah berbatu yg ngebul bgt kalo siang hari. nah, di ujung2 lapangan, gawang bolanya sih teuteup aja bapuk kyak dulu ;p

dan gw terbengong-bengong begitu ngeliat sekola kita! gilaaaaaaaaa kyak sekolahan anak pejabat.mentereng bener! skrg gedungnya 4 lantai dgn cat ijo menyala,dan ga lagi cuma berbentuk kotak kyak sarang burung!skrg pk atap,,ga datar kyak dulu.. trus masjidnya, iya masjidnya, pindah! kalo dulu nempel sma bangunan sekolah shg mciptakan peluang yg sgt baik utk cabut,skrg dia berdiri sendiri dgn megahnya,di tempat yg dulunya jalan masuk dr gerbang. oia,gerbang masuknya jg berubah posisi!skrg tepat di ujung jalan,sblm belokan.

jejeran rumah di sepanjang jalan seberang lapangan ga byk berubah.cuma ad 1 rumah yg skrg terlihat kinclong bgt.nah wktu zaman gw dulu,ad rumah yg punya genio dgn cat ungu metalik yg menawan bgt!skrg,genio itu digantiin sma honda jazz biru (yg sayangnya,warnanya sma sekali ga menarik!) hal lain yg ga kalah mentereng yakni kantor lurah.skrg bertingkat2 dan megah bgt!wuidiiih...

oke,harus gw akui, terbesit sdkt sesak saat inget lo. bertaun2 lalu, kita menapaki jalan yg sama..,meski ga berbarengan (ya iyalah..kita kan beda dekade! :D).eh inget ga?kita pnh berencana main2 k 54,barengan.tp lo ud keburu pergi sblm terlaksana..mski gw tau sih,itu cuma 1 dari skian byk rencana yg kita omongin tanpa pnh difollow up,hehehe.jd malam tadi,gw ngewakilin kita,bertandang ke sekolah.or..were u be with me?did u see what i saw?i thought (or i hope??) i felt your presence..

...jalan2 malem yg menyenangkan.enak bgt loh jalan kaki malem2 di bawah naungan pohon angsana. anginnya jg sejuk.meski pas balik dan nunggu 44,gw baru sadar,klo tnyt ud malem bgt dan 44 ud gda lagi.jadinya gw nerusin jalan kaki smp kpg melayu,smbil bertanya2 enaknya naik apa.. eh ad mikrolet 54.pdhl namanya sma kya nama sekolah,tp gw blm pnh naik mikrolet ini!jurusannya pun gw gtau dia ke mana..cuma gw dgr,'calo'nya blg, "pondok bambu, kali malang!" naiklah gw.turun d pondok bambu trus naik m31 smp pdk kelapa.jam sgtu,m29 ud ga beroperasi (a cause de ojeg!zut!!).trus gw jalan kaki deh sampe rumah..bener2 jalan2 malem yg menyenangkan :)

sekian laporan dari nidandelion pedestrian untuk pecandupagi.copy.