Rabu, 11 Agustus 2010

Hmmm Hujan...



“Rain, rain go away, come again another day. Barney’s friends all want to play, rain, rain go away”


Lagu ini sering banget saya senandungin di dalam hati kala hujan turun sementara saya harus keluar untuk liputan / wawancara. Tau sendiri deh, betapa malesnya berada di jalan di Jakarta kala hujan. Becek, lumpur, macet gila-gilaan, dan pengap luar biasa di dalem kendaraan umum karena gabisa buka jendela! Belum lagi risiko besar untuk terjadinya banjir! Bener-bener ngerusak mood dan nghilangin semangat. Musim hujan di Jakarta, bener-benar ga menyenangkan.

Tapi di Tokyo, sensasi hujan luar biasa berbeda! Saya dan Mbak Intan dari Nova malah (sedikit) berharap kalau hari itu akan turun hujan. Alasannya ga penting banget: kita jadi bisa mamerin payung-payung lucu yang baru kita borong di Ameyoko, hehehehehe.

Saat jalan kaki dari hotel menuju stasiun Shimbashi, saya terpesona dengan lautan payung aneka warna, motif, bentuk dan ukuran. Kayak seni instalasi berjalan! Pria-pria ganteng berjas serta para wanita modis, dengan cueknya melangkah di tengah hujan, beraksesoriskan payung yang selalu berhasil bikin senyum saya merekah. Dari bawah payung saya yang transparan seharga ¥100 (murah banget!!), saya terpesona menatap curahan hujan dengan bunyi merdu kala mereka mendarat di payung plastik saya.

Akhirnya saya ngerti banget, kenapa payung transparan begitu identiknya dengan Jepang. Payung ini bener-bener menyenangkan! Saat itu musim gugur; hampir setiap hari hujan. Nah, hujan selalu disertai dengan angin kencang yang ngebawa butiran halus hujan ke mana-mana. Dengan payung transparan, kita bisa pake payung deket banget ke muka, tapi tetep bisa ngeliat jalan dengan jelas karena payungnya tembus pandang! :D Hal menarik lagi tentang payung di Jepang, benda ini ternyata ga sekedar sebagai ‘pelindung’ kala hujan, tapi juga menjadi bagian dari fashion. Karena emang lucu-lucu banget, kita bisa nenteng payung tanpa rasa tengsin, yang sering saya alamin di sini, di mana payungnya norak dangampang rusak. Sementara di Tokyo, payung malah menjadi aksesoris tambahan yang bikin style makin oke. Jadi selama di sana, lagu yang selalu saya senandungkan yakni: “Singing in the rain, I’m singing in the rain…” hahaha….

Eh, tapi saya juga punya memori yang menyenangkan tentang hujan di Bandung. Saya suka banget ujan gerimis sore-sore. Nikmat banget duduk di angkot / Damri, natap keluar ngeliat jalanan aspal yang basah, tertimpa cahaya keemasan matahari atau lampu jalan. Pohon, rumput, pager dan genteng rumah kayak abis diwarnain ulang. Butiran air yang ngegantung di ujung daun, bikin saya terbengong dan menyesapi perjalanan saya yang sederhana tapi indah. Dan jangan lupa aroma tanah basah yang indah…

Ada temen kos saya yang juga suka banget ujan sore-sore, apalagi di tol! Bener deh, momen ujan sore-sore di tol emang gak ada duanya! Nikmaaaat!! Jadi kalau jam 3-an mulai mendung, kita langsung ngehambur ke mobil, ngejar ujan sore di tol. Kalau beruntung, lanskap sawah dan ladang di sepanjang tol dalam kota Bandung, dinaungi pelangi. Pol banget deh!!

1 komentar: