Rabu, 11 Agustus 2010

Tulang Dada vs. barBITCH

Belum lama ini seorang teman nanya, bagian tubuh mana yang paling saya sukai. Setelah melalui perenungan yang lumayan lama, saya menjawab, ‘Nggak ada’. Saya sangat nyaman dengan kondisi fisik saya. Saya juga gak ngerasa jelek seperti itik buruk rupa. Tapi setelah saya pikir-pikir, secara fisik, memang nggak ada bagian tubuh saya yang bisa dibanggakan: pendek, ‘ndut, ga putih, telapak kaki lebar kyak kipas, paha guede, betis saingan sama para perempuan yang tengah hamil. Dipandang dari sudut mana pun, gak ada seinchi pun keindahan dari kaki saya. Jadi bisa dipastikan, kaum adam ga akan terangsang melihat kaki saya :D

Setelah teman saya sedikit memaksa, ‘Pasti ada dong..’, saya inget deh, kalau saya suka banget tulang dada saya. Karena menonjol, jadi membuat saya terlihat kurus, hehehehe. Saya selalu merasa seksi kala memandang tulang dada ini melalui cermin.

Saya sama sekali gak terdoktrin tentang konsep kecantikan a la barBITCH: kurus, tinggi, kulit putih mulus, bla bla bla. Saya ngerasa sangat nyaman kok dengan fisik saya yang (sebenernya) pas-pasan. Tapi saat ditanya pertanyaan kayak tadi, ternyata susah juga ya ngejawabnya. Dan ini bikin saya lebih lagi ngehargain tubuh dan diri saya.

Saya ini suatu kesatuan yang utuh; kalo ditelaah satu per satu, mungkin gak ada yang indah dilihat. Tapi dengan memandang semua bagian secara utuh, saya ternyata gak buruk rupa! Tiap elemen di tubuh saya begitu klik; saling cocok dengan yang lain dan menunjukkan kepribadian saya. Saya malah jadi ngerasa aneh kala ngebayangin hidung saya mancung kayak ras Kaukasia atau bibir saya mendadak merekah bak Angelina Jolie.

Jadi, mari singkirkan perbincangan mengenai kecantikan ala barBITCH ataupun tulang dada yang saya banggakan. Saya lebih tertarik menelaah kaki saya. Meski sama sekali ga indah dilihat, bisa jadi sepasang kaki ini adalh elemen terpenting dalam perjalanan hidup saya. Ya iyalah..saya kan pejalankaki! Ga kehitung besarnya jasa kaki saya ini, nganter diri saya ke berbagai tempat dan momen menakjubkan saya di bumi nan indah ini. Dan dia juga ga rewel. Cukup dibalut dengan sepatu kanvas nyaman yang erknya kalau secara harfiah berarti ’semua bintang’.

Sekarang, saya sedang bercermin. Saya tatap lekat-lekat tiap kurva tubuh (yang terlalu banyak) saya. Ga indah, ga sempurna, tapi menjadikan hidup saya begitu sempurna. Dan sepotong tulang dada, ternyata bisa membangkitkan semangat saya dan menimbulkan lekuk indah di bibir saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar